Anatomy Of Selling
Posted by Unknown on Selasa, Mei 29, 2012 with No comments
ABSTRAK
Di dalam dunia kedokteran spesialis penjualan,
alias selling,berikut ini adalah katergori beberapa tingkatan “kesakitan”
seorang salesperson. Meminjam istilah penyakit kangker, maka di organisasi
sales, juga dikenal dengan istilah stadium yang dapat dijabarkan sebagai
berikut;
Kategori
|
Analogi pada ilmu kedokteran
|
Ciri-ciri
“salesperson” di dunia penjualan
|
Survival rate (kemungkinan untuk sembuh)
|
Sehat
|
Sehat, rajin olah raga, makan-makanan sehat
|
Sehat, penjualan berkesinambungan, tidak ada keluhan,
rajin kulakan ilmu sales baru,rajin memakan makanan rohani yang baik, tidak
bergaul dengan orang negative
|
Sehat
|
Stadium 1
|
Sudah terdeteksi “kangker” pada 1 bagian tubuh saja
|
Penjualan
tersendat,namun masih tetap ada, masih bisa disembuhkan apabila terdeteksi
sejak dini.
|
Mudah disembuhkan dengan training teknik dan motivasi
|
Stadium 2 atau 3
|
Sudah jelas terdeteksi “kangker” pada satu bagian tubuh
yang sudah agak gawat
|
Penjualan mampet, motivasi turun ke basement “3”
|
Sulit disembuhkan, namun masih ada harapan, dengan
coaching pribadi
|
Stadium 4
|
Terminal ill atau “kangker” telah menyebar ke organ lain
|
Penjualan nol, si salesperson keluar, mengundurkan diri,
mun-ta-ber, pindah kerja atau perusahaan tutup
|
Tidak dapat disembuhkan, si salesperson keluar atau
dikeluarkan
|
Maaf, kami sebagai dokter hanya bisa melakukan pengobatan
stadium 1-2 saja, sedangkan pada stadium 3 si salesperson sudah “mati”
alias sudah berhenti, emngundurkan diri, pindah kerja, mun-ta-ber (mundur tanpa
berita) dll.
Sebenarnya mudah sekali nagi kami untuk melakukan analisis,
yaitu:
Untuk stadium 1, cukup melakukan audit fisik saja seperti
kita ke dokter, cukup dilihat dan dicek dengan stetoskop saja
Untuk stadium 2, butuh pemeriksaan yang lebih mendalam lagi,
terutama apakah konsep “the whole Salesperson” telah
dianalisis lebih mendalam
Baik stadium 1 maupun stadium 2, seperti layaknya seorang
dokter spesialis urusan salesperson yang “sakit” (baca; tidak jualan atau lemah
jualan), maka hal pertama yang harus kita liat adalah dari penampilan fisik
(luar). Seorang salesperson yang handal, haruslah memiliki hal-hal berikut ini.
Mata yang tajam, siap menagkap semua peluang sales yang ada.
Kulit yang besih dan harum, penampilan fisik yang bersih,
membuat konsumen tidak jijik kepada kita.
Telinga yang peka, mampu mendengar suara konsumen, maupun
mampu meminta nformasi.
Jantung yang kuat, mampu bekerja keras dan konsisten mencari
klien-klien baru.
Mulut yang harum dan berwibawa, menarik minat consume,
termasuk didalamnya adalah kemampuan untuk “sedikit berbicara, lebih banyak
mendengar.
Kaki yang
cekatan, mampu berlari cepat demi percepatan perputaran siklus penjualan.
Sebuah proses selling dimulai dari:
Planning : merencanakan apa yang ingin anda jual, berapa
banyak yang ingin anda jual, jumlah yang ingin anda jual, strategi menjual,
apapun rencana anda tentang menjual.
Approaching / making appointment : melakukan kontak pertama
kali dengan calon pembeli, biasanya melalui telepon (warm calling atau cold
calling) atau melalui kanvasing (cold canvassing).
Prospecting/meet the prospect : banyak sales agent yang
tidak siap jasmani dan rohani (fisik/ilmu dan mental) untuk bertemu dengan
calon pembeli. Perbaiki penampilan anda jika tidak ingin gagal.
Fact finding : sangat banyak sekali sales agent yang “sok
tahu” dengan kebutuhan client, yang serta merta menyodorkan produk tanpa
mengetahui latar belakang client.
Presentation : ingat, pembeli sekarang sangat ketat waktu
jadi, sajikan presentasi dengan seringkas mungkin, banyak menggunakan grafik,
gambar dan tulisan.
Handling objection & negotiation : kebanyakan sales
people yang sukses pasti mampu menangani keberatan dan negosiasi.
Closing (signing) : jika anda sudah melakukan
prosedur-prosedur yang benar, maka closing akan terjadi secara alamiah.
After sales service : mau dapat repeat order? Pastikan anda
melakukan layanan purnajual (after sales service) dengan sangat rapi dan
dapatkan referensi secara effortless (tanpa usaha), karena rumus salesperson
yang berhasil adalah kerja tambah ringan tapi pendapatan lebih deras. Inilah
sales person yang berhasil.
Sales competition
Berbicara tentang salesperson, tidak ada yang lebih
menjengkelkan daripada berhadapan dengan salesperson yang overmotivated tetapi
underskilled. Golongan ini biasanya hanya bermodalkan semangat belaka, tanpa
tahu selling skill yang sesungguhnya sangat diperlukan demi terjadinya suatu
penjualan.
Kuadran 1 : UM OS (Undermotivated, but Overskill)
Ini adalah kuadran dari orang-orang yang telah dilatih
dengan baik, memiliki ilmu pengetahuan penjualan. Menguasai pasar dengan baik,
namun tidak termotivasi, malas berjualan, malas memprospek.
Ciri-ciri:
Percaya diri tinggi, serba tahu, selalu negative, agak
malas, raut muka lusuh.
Cara “memaksa” untuk menjual: Program insentif maupun
motivasi.
Kuadran 2 : UM US (Undermotivated and Underskill)
Orang yang masuk dalam tipe ini lebih baik dibuang kelaut
saja, sudah tidak memiliki kemampuan menjual (sales skill), juga selalu
negative dan tidak termotivasi untuk berjualan. Apa yang kita bisa harapkan dari orang ini?
Ciri-ciri:
Percaya diri
rendah, tidak tahu ini itu, selalu negative, agak malas, raut muka lusuh,
jarang bertanya.
Cara “memaksa”
untuk menjual: tidak ada, pecat orang ini.
Kuadran 3: OM OS (Overmotivated, and Overskilled)
Ini orang yang luar biasa, dia memiliki kemampuan menjual
yang tinggi, komitmen tinggi, ilmu tinggi, ditambah dengan motivasi yang tinggi
untuk menjual apapun.
Ciri-ciri :
Percaya diri
tinggi, serba tahu, selalu positif, rajin , raut muka berseri-seri.
Cara “memaksa’ untuk menjual: Tidak perlu dipaksa, ini sudah
menjadi sales machine.
Satu hal yang unik dari orang-orang yang OM OS ini adalah
semua competitor melirik orang ini dan jika Anda adalah pemimpin dari orang
tipe OM OS ini, pastikan Anda pikirkan tentang masa depan orang ini, jika tidak
maka, orang lain (perusahaan lain) akan memikirkan karier untuk orang ini.
Kuadran 4: OM US (Overmotivated, but Underskilled)
Orang ini kepercayaan dirinya tinggi sekali, walaupun
kemampuan maupun ilmunya masih kurang. Orang ini sudah merupakan bibit TOP
SALES
Ciri-ciri:
Percaya diri tinggi, serba tahu (walaupun salah), selalu
positif, rajin bertanya, rajin prospek, dan raut muka berseri-seri.
Cara “memaksa” untuk menjual: Pelatihan tehnik menjual.
Tehnik menjual merupakan bagian dari “body”
Anatomy of selling
Soul
A. Attitude
Tampak bahwa sesungguhnya Attitude adalah big word yang
terdiri atas banyak komponen. Berikut ini komponen dari Attitude yang antara
lain:
1. Belief
Belief yang kita artikan “Keyakinan”. Banyak orang yang
mengatakan setelah sukses mungkin ia yakin akan apa yang dikerjakannya. Anda
tentu sedah mengetahui bahwa orang-orang sukses dan besar, selalu “yakin”
terlebih dahulu akan apa yang dilakukannya, dan akhirnya keyakinan itulah yang
membuatnya sukses, bukan sebaliknya.
Dalam dunia asuransi atau multilevel marketing (MLM), dimana
seorang tenaga penjual haruslah tahan banting, pasti aka nada satu di antara
dua paradigm berikut ini yang ada di benak orang tersebut yaitu:
See first, then believe
Believe first, then see (the result)
See first, then believe maksudnya adalah, dia harus melihat
hasilnyadulu baru percaya, dia harus melihat orang lain sukses dulu baru
percaya,dia harus melihat bahwa bisnis tersebut berhasil dujalani orang lain
baru percaya, dia harus melihat orang lain bisa menjual produk tersebut baru
percaya. Ini adalah tipe orang gagal
Tipe orang sukses adalah believe first, then see (the
result), yaitu dia harus percaya dulu bisa menjual banyak, percaya bisa
berhasil, percaya bisa merekrut downline atau agent atau marketing associates,
baru dia melihat hasilnya. Mengapa bisa berhasil? Karena, pikiran bawah sadar
atau subconscious mind-nya menyetir pikiran sadar atau conscious mind.
2. Commitment
Kemampuan untuk tetap on track atau berada pada jalur yang
seharusnya, yaitu tetap memprospek saat kondisi sulit atau tetap mengikuti
meeting mingguan walaupun tidak berjualan apapun minggu lalu. Tetap berada pada
bisnis ini, walaupun kondisi sulit.
Teman-teman di industry asuransi atau MLM mungkin sangat
paham dengan istilah DIE DIE DO, lakukanterus menerus sampai Anda menemukan
hasilnya.
3. Desire
Memiliki rasa ingin mendapatkan penghargaan atau ingin
mendapatkan uang dari hasil penjualan ini. Orang yang tidak memiliki desire,
cenderung akan gagal dalam menjual, dan bahkan banting haluan ke bisnis lain
atau pekerjaan lain.
4. Ability to fail
Kadang disebut dengan “dare to fail” atau berani gagal. Berani mengambil resiko gagal demi
mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Namun ability to fail disini
maksudnya dalah “ mampu untuk jatuh secara benar dengan tehnik jatuh yang
benar”
5. Persistent goals
Memiliki goal atau tujuan hidup yang persistent, yang tidak
berubah oleh waktu. Ibarat sebuah mercusuar yang selalu berada pada posisi yang
sama terus – menerus, mercusuar bisa diibaratkan tujuan atau goal yang
persistent, terus-menerus, yang perlu dikejar.
6. Self motivation
Kemampuan untuk memotivasi diri dari dalam (inner
motivation), bukan hanya dari luar (outer motivation) sangat penting untuk
dimiliki oleh para salesperson. Jika mengandalkan para motivator untuk memacu
semangat Anda, maka Anda pasti gagal. Motivator luar ibarat minuman energy.
7. Enthusiasm
Hal terburuk dari seorang salesperson adalah “lack of
enthusiasm”, kehilangan semangat atau enthusiasm. Bisakah anda bayangkan Anda
menghadapi seorang salesperson yang raut mukanya kurang berseri, seolah tanpa
gairah hidup? Tentu saja anda akan lebih nyaman dengan salesperson yang sangan
antusias, bukan?
8. Purpose
Bayangkan Anda sedang menyetir pesawat terbang tanpa tujuan
jelas? Anda hanya berputar-putar di tempat, tidak kemana-mana. Sama juga dengan
salesperson yang tidak mempunyai purpose atau tujuan, dia tidak akan
kemana-mana.
9. Self discipline
Ada seorang kawan kami yang bekerja di agen asuransi. Pada
pukul 10 malam dia baru bertemu dua prospek, sedangkan dia mendisiplinkan
dirinya untuk ketemu 3 prospek, dan pukul 10 malam dia keliling ke
restoran-restoran hanya untuk bertemu prospek ke-3 malam itu, yang dia pun
tidak kenal (cold canvassing). Dia tidak closing malam itu, namun dia mencoba
untuk self discipline.
10. Confident
Seorang sales person yang sukses , dijamin memiliki
kepercayaan diri yang tinggi sekali, dalam hal:
Confident akan dirinya sendiri, dirinya mampu dan pasti akan
berhasil menjual
Confident akan produk yang ia jual
11. Creativity
Trobosan atau kretivitas dalam menjual suatu produk.
12. Emphaty
Tidak ada yang lebih menjengkelkan daripada seorang penjual
yang hanya peduli dengan menjual produknya tanpa memedulikan si klien.
13. Go the extra mile
Going the extra mile alias ngotot. Seseorang yang ngotot
karena dia memiliki energy yang berapi-rapi di dalam dirinya. Inilah “soul”
tersebut. Orang seperti ini dijamin 100% akan sukses.
14. Self improvement
Anda atau tim sales anda tidak jualan? Pastikan anda memacu
perbaikan terus menerus (self improvement) dalam diri anda dan dalam diri
tim sales anda.
15. Time organization
Salah satu point kegagalan seorang salesperson adalah
pengaturan waktu atau time organization.
16. Positive thinking
Banyak salesv people yang “kalah sebelum berperang”, alias
tidak melakukan penggilan telepon, sales call, ataupun canvassing karena
berfikiran negative atau negative thinking.
17. Forward thinking
Kemampuan untuk memikirkan apalagi yang bisa dijual kepada
pembeli atau kemampuan untuk melihat peluang yang ada di depan kita.
B. Early
conditioning
Early Conditioning (pengkondisian sedari kecil)
menjelaskan mengapa beberapa orang menganggap sesuatu “pantang”, sementara yang
lain menganggap “biasa-biasa” saja dan akhirnya lebih sukses karena tidak
banyak hal yang bisa dilakukannya.
Banyak sekali salesperson yang telah “terkondisikan” untuk
tidak melakukan beberapa hal yang sebenarnya sangat penting, semata-mata hanya
karena pernah terbentur. Bahayanya,pada saat yang sama mereka menerima sinyal
bahwa tidak melakukan kegiatan penting tersebut membuat dirinya lebih nyaman.
Inilah sebabnya, mengapa kami memasukkan “Early Conditioning “ dalam kelompok
“soul” yang harus dicermati jauh sebelum kita berbicara mangenai selling skill
atau ketrampilan menjual dan masalah tehnis lainnya.
C. Atmosphere
Atmosphere mewakili pergaulan atau interaksi dengan
orang-orang terdekat juga dipercaya membawa pengaruh besar bagi perkembangan
dan kemajuan seseorang.
Penjelasan lain akan pentingnya prinsip ini adalah
perumpamaan bibit, lahan dan cuaca atau “atmosphere”. Bibit tentunya mewakili
“kesiapan mental” dari seseorang yang dalam hal ini dapat diartikan
“attitude”-nya, sementara “lahan” adalah peluang yang ada dan terhampar
dihadapannya. Dalam konteks yang lebih spesifik “bibit” adalah calon
salesperson sementara “lahan” katakanlah ‘office” tempatnya bergabung dan
berbisnis.
Ketika “bibit” yang baik bertemu dengan “lahan” yang
subur tetapi sebelum sempat bersemai dating “angin kencang” yang merupakan
perumpamaan dari pergaulan yang keliru, maka tentu saja hasilnya akan buruk.
Bahkan extremnya, bisa saja tidak menghasilkan sama sekali.
BODY
Body terdiri atas selling skill, people skill dan
professional knowledge. Persamaan antara “soul” maupun “body” masing-masing
bertanggung jawab atas 50% kesuksesan anda. Pernahkan anda melihat orang yang
“bolot” atau pendidikannya tidak tinggi namun sangat pandai
bersosialisasi dan sangat pandai mengambil hati orang lain, dan dia mampu
menjual lebih banyak. Mengapa begitu? “Soul”-nya sudah benar dan “people
Skill”-nya sangat baik.
A. People skill
Ada dua pandangan yang berbeda tentang people skill ini :
People skill didapat secara alami (bakat)
People skill didapat melalui pelatihan atau pengalaman hidup
Ringkasnya begini, setiap orang mempuyai personality
(kepribadian) yang berbeda, Anda sebagai seorang salesperson harus mampu
menghadapi orang-orang dengan berbagai tipe kepribadian.
Jika kita mengikuti pelatihan tentang “People Skill”,
beberapa hal ini akan kita pelajari:
Bagaimana mengatasi grogi dan kehilangan kata-kata saat
bertemu dengan orang yang baru dikenal.
Bagaimana mendapatkan perhatian seseorang saat anda
berbicara dengannya.
Beberapa pendapat para pakar juga menjabarkan bahwa people
skills sangat dibutuhkan dalam menjual, dan porsinya jauh lebih besar dari pada
knowledge (pengetahuan) terhadap produk, pasar maupun diri Anda sendiri.
Menurut Dr. Mehrabian, didapati bahwa “words alias
kata-kata hanya bertanggung jawab atas 7% dari efectivitas komunikasi itu
sendiri, sementara itu, how say it alias tonality alias cara kita
mengucapkannya ternyata memiliki efek yang lebih besar, yakni 38%, dan bagian
terbesarnya yakni bahasa tubuh bertanggung jawab atas 55% efektivitas suatu
komunikasi”.
Komponen-komponen people skill:
Listening ability adalah kemampuan mendengarkan
terhadap kebutuhan si pembeli atau keberatan-keberatan si pembeli.
Social style adalah jangan beberbusana terlalu nyentrik
sendiri, terutama kalau dikaitkan dengan profesi penjualan.
Psychological Level adalah merupakan kematangan
psikologi yang ditentukan oleh wawasan dan pergaulan.
B. Selling skills
Pembahasan selling skill pastilah akan dimulai
dengan “Prospecting”. Secara sederhana, semua kegiatan yang menimbulkan
“Prospek” alias adanya calon pembeli dapat disebut “Prospecting”.
Tahap selanjutnya setelah “Prospecting” adalah melayani
prospek yang timbul atau bisa juga tahap presentasi, bagi produk yang butuh
banyak penjelasan maupun informasi.
Kalau “Prospecting” adalah menimbulkan prospek , maka tahap
presentasi adalah tahapan di mana prospek menjadi yakin dan memutuskan untuk
membeli. Tahapan ini menjadi sangat penting ketika kita memahami bahwa prospek
hanya butuh 10 detik pertama untuk memastikan apakah selanjutnya ia “perlu”
untuk memperhatikan lebih lanjut akan apa yang Anda presentasikan. Hal inilah
yang menyebabkan presentasi perlu mendapat perhatian lebih dan butuh pembahasan
terpisah.
Handling objection
Di dalam dunia sales, keberatan atau objection tidak perlu
terjadi namun diharapkan terjadi, maksudnya adalah kita harus mengharapkan
keberatan, karena ini merupakan sinyal pembelian, tetapi kita juga harus
mengantisipasi handling Objection, siap menangani keberatan-keberatan tersebut.
Tujuan dari handling objection adalah agar kita
tidak menjadi argumentative, alias terpancing debat-debatan dengan calon
konsumen. Di bagian terdahulu bahkan secara tegas kami katakana bahwa objection
adalah cirri-ciri ketertarikan. Dengan kata lain tidak ada keberatan, maka
tidak akan ada penjualan.
Dalam NLP (Neuro Linguistic Programming) dikenal
istilah Pacing dan leading. Pacing adalah ketika kita berusaha
intuk menyamakan langkah, cara pandang atau usaha mencari persamaan lainnya
agar mitra komunikasi merasa nyaman, sebelum kita memasukkan poin utama yang
hendak kita sampaikan, sementara pada bagian Leading-lah kita berharap mitra
komunikasi kita sudah “siap” untuk menerima informasi atau ajakan yang lebih
tepat.
Tehnik lain yang pernah kami pelajari adalah CDDC, yaitu:
Clarify : klarifikasi keberatan konsumen
Dignify : bangkitkan kegairahan atau harga diri si
calon pembeli dengan menyatakan bahwantidak ada salahnya Anda menyampaikan
keberatan
Disarm : sampaikan poin-poin untuk menjelaskan
keberatan tersebut tidaklah tepat.
Confirm : confirmasikan bahwa si calon pembeli telah
mengambil keputusan yang tepat untuk membeli produk kami.
C. Professional knowledge
Professional knowledge memiliki bobot hanya 10% dan
merupakan bagian yang spesifik berkaitan dengan industry yang dijalankan. Hal
yang yg tidak boleh dilupakan ketika berbicara mengenai Product
knowledge adalah “knowledge of the competition”. Inilah yang sering kali
dilupan dan malas dilakukan oleh sebagian besar
salesperson. Knowledge of the competition-lah yang kadang-kadang membedakan
antara salsesperson rata-rata dengan Top sales.
Sebenarnya yang membuat pembeli mengulang –ulang
pembeliannya (repeat buyer) adalah Profesional knowledge ini,
apalagi, Profesional knowledge+selling skill yang direkatkan oleh
service (layanan). Berbicara
mengenai service atau layanan ini ada tiga hal layanan yaitu:
Delighted : sangat luar biasa, layanan yang tidak
disangka-sangka
Satisfied : puas dengan layanan standart yang
diharapkan
Sanitary atau Ordinary : layanan standart
yang sudah pasti harus ada, jika tidak ada maka konsumenya pasti akan marah.
VITAMIN
Sesuai dengan namanya , yakni “Vitamin”, maka bagian ini
diharapkan dapat menjadi bagian yang menambah vitalitas atau komponen kesehatan
lainnya. Bagian ini terdiri atas dua sub bagian.
Modelling
New Selling Concept
A. Modeling
Modeling atau meniru adalah fondasi yang baik untuk
meningkatkan prestasi di bidang apapun. Selain itu modeling dapat juga
didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang mempelajari sesuartu yang kompleks,
membaginya menjadi bagian-bagian yang kecil dan lebih mudah dipahami untuk
selanjutnya diaplikasikan kembali secara lebih mudah dan terperinci.
Komponen-komponen dalam modeling yang pertama adalah :
Find the model atau menemukan dahulu “tokoh acuan”.
Menemukan siapa yang hendak dijadikan model adalah langkah awal sebelum
menemukan apanya yang hendak dijadikan model. Untuk itu, anda harus memiliki
tehnik bertanya yang benar dalam bidang yang anda geluti.
Ingredient atau isi, atau apa saja hal-hal yang
diperlukan
How to, alias bagaimana bahan-bahan tersebut dirpelakukan
Take action, alias melakukan tindakan
Knowing dan doing, seberapa banyak dari kita yang mengaku
sudah “lama” mengetahui sesuatu sampai terhenyak karena seseorang tiba-tiba
melakukannya dan sukses.
Refinement alias terus menerus memoles agar dari waktu
ke waktu kemampuan kita akan hal tersebut, apapun itu, menjadi luar biasa.
B. New selling concept
Pada dasarnya gagasan new selling concept yang
akan kita bahas ini salah satunya adalah peran old brain dalam pengambilan
keputusan. Sebelum membahasnya kita berkenalan dulu dengan bagian-bagian otak
kita menurut urut-urutan perkembangannya.
The new brain : bagian “otak” ini adalah bagian yang
“berpikir”. Bagian ini memproses data rasional.
The middle brain : bagian “otak” ini adalah bagian yang
“merasa”. Bagian ini memproses semua emosi dan insting.
The old brain : bagian “otak” ini adalah bagian yang
‘memutuskan. Bagian ini sebenarnya menerima input dari dua bagian terdahulu,
tetapi bagian inilah sesungguhnya yang menjadi pemicu pengambilan keputusan.
Ada 6 (enam) hal yang membuat orang dapat “berbicara”
kepada Old brain, yaitu:
Self Centered
Bagian ini adalah egois, sangat mendahulukan kepentingan
diri sendiri.
Contrast
Bagian ini mengontraskan setiap informasi yang masuk
Tangible Input
Bagian ini lebih suka menerima input yang jelas tidak
bertele-tele.
The Beginning and the End
Bagian ini paling cepat membandingkan awal dan akhir
Visual Stimuli
Bagian ini menerima input secar visual, atau dapat juga
dikatakan bahwa bagian ini sangat sensitive terhadap input-input visual
Emotion
Bagian ini memproses dakam bentuk emosi.
Strategy dan new marketing concept
A. Strategy
Sebelum kita membahas tentang strategy, perlu diperhatikan
bahwa, dalam strategy, ada dua strategy dalam bidang penjualan, yaitu:
Marketing
Sales
Sebetulnya Sales & Marketing adalah 2 sisi dari 1 koin.
Sales adalah satu komponen dari marketing sedangkan komponen lainnya menurut
Hermawan Kertajaya *) adalah :
Strategy : segmentation, targeting, positioning
Tactic : differentiation, marketing mix, selling
Value : brand, process, service
Strategy Penjualan
Lakukan pendekatan yang tepat
Target konsumen anda
Gapai target pasar anda
Catat kinerja sales anda
B. New marketing concept
Beberapa penerapan many to many marketing yang
berhasil kami analisis diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Word of mounth
marketing (wom marketing)
Hanya membagikan kesan positif maupun negative kepada orang
lain, jika dilakukan secara off-line, efeknya hanya temporary atau sementara,
dan perlu dikuatkan lagi dikemudian hari. Dalam WOM dikenal:
Organic WOM produk ini diceritakan kepada orang lain oleh si
advocate (pengguna yang menceritakan) karena mereka senang dan bangga
menggunakan produk tersebut. Contoh : penggunaan Blackberry di Indonesia
Amplified WOM produk ini diceritakan oleh orang-orang kepada
orang lain karena si perusahaan meluncurkan program kampanye pemasaran yang
telah didesain untuk membuat semua orang tahu tentang produk ini.
2. Viral
marketing
Membuat program marketing yang unik sehingga beritanya akan
diteruskan jepada semakin banyak lagi orang. Contoh :diskon khusus air asia
3. Buzz marketing
Membuat program khusus yang bikin heboh sehingga orang
teringat akan produk tersebut dan ujung-ujungnya “diceritakan” kepada orang
lain. Contoh : Rinso membuat buzz marketing, mencuci 1.000 ember pakaian
4. Community marketing
Komunitas mobil dan motor seperti AXIC (Avanza Xenia
Indonesia Club), Harley Davidson Club dll, mampu membuat anggotanya
“loyal” terhadap merek tersebut, dan pada akhirnya dapat mendongkrak penjualan,
5. Referral marketing
Referral (mengenalkan orang lain untuk membeli) terutama di
bisnis property, mobil atau motor, asuransi jiwa, investasi saham, sangat
dibutuhkan oleh orang-orang.
6. Social media marketing
Melalui facebook, friendster, dll, misalnya ebay dan kaskus
maupun mailing list
Categories: Management and Industry
0 komentar:
Posting Komentar